Ekdiencherry

Sabtu, 29 Januari 2011

urgensi pendidikan kepemimpinan bagi santri dan santrwati di pontren Darussalam

4. Cara Pendidikan dan Pengaplikasian Kepemimpinan kepada santri dan santriwati di Pontren Darussalam
"Siap di pimpin dan siap memimpin", iutlah salah satu kata-kata bijak yang memiliki makna yang sangat dalam akan pentingnya pendidikan kepemimpinan di dalam pondok, khususnya bagi pontren Darussalam Tasikmalaya.
Sebagai salah satu pondok alumni PMDG Ponorogo, pontren Darussalam Tasikmalaya menerapkan slogan tersebut, sebagai sebuah dasar dalam membentuk kepribadian santri dan santriwatinya menjadi seorang pemimpin yang mengamalkan panca jiwa pondok, yakni:
  1. Jiwa Keikhlasan
  2. Jiwa Kesederhanaan
  3. Jiwa Berdikari
  4. Jiwa Ukhuwah Islamiyah
  5. Jiwa Kebebasan
Di dalam Panca Jiwa tersebut banyak mengandung makna apabila kita akan membentuk sebuah bibit unggul akan calon-calon pemimpin yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar akan tugasnya, maka kita harus membentuk kepribadian seseorang dengan menanamkan rasa taat beragama dengan ditambahkan konsep:
  1. P = Prestasi (Kelebihan)
  2. D = Dedikasi (Pengorbanan)
  3. L = Loyalitas (Khidmat, Setia, Patuh dan Taat)
  4. T = Teladan (Pemberian Contoh)
  5. T = Tanpa Cacat (Pertahankan sampai akhir)
Dengan pemberian contoh yang baik kepada anak didik, dan penanaman mental spiritual dan juga emosional, kita akan semakin mudah untul membentuk sebuah karakter seorang anak. Tidak menutup kemungkinan juga sebagai pendidik mendapat kesuliatan dalam mendidik mereka, seperti: pelanggaran akan peraturan disiplin.
Organisasi Darussalam (OSDA) adalah salah satu wadah dalam pengaplikasian pendidikan kepemimpinan bagi santri dan santriwati Darussalam, dan yang menjadi anggota dari organisasi tersebut adalah mereka yang menduduki kelas paling senior, dikarenakan tuntutan mereka sebagai senior yang menjadi suri tauladan yang baik bagi adik kelas mereka, menjadikan mental mereka terlatih untuk membiasakan mengubah perilaku yang kurang baik dan menjaga harga diri mereka di depan junior.
Sebagai contoh pengaplikasian pendidikan dalam berorganisasi diperlukan konsekuensi dalam memenuhi kewajiban mereka, sebagai contoh: "seorang pengurus bahasa harus memakai bahasa didalam percakapan sehari-harinya, agar para junior mereka meniru suri tauladan yang baik. Atau juga mereka harus berbicara di depan junior dan senior mereka untuk menyampaikan hasil laporan pertanggung jawaban dari hasil usaha yang telah mereka capai selama masa kepemimpinan, membutuhkan kepercayaan diri untuk menghilangkan rasa gugup".
Inilah yang membuat PMDG Ponorogo dan cabangnya selalu mencetak para pemimpin umat yang intelek dan mengerti akan agamanya. Dan yang membuat pendidikan kepemimpinan tersebut berhasil adalah proses pengkaderan yang menjadi acuan bagi kepengurusan setelah mereka. Oleh karena itu pendidikan kepemimpinan harus ditanamkan sejak dari kecil agar pembentukan kepribadian mereka tertata rapi dalam pembentukan mental, spiritual dan emosional.

1 komentar:

  1. terimakasih banyak ukhti,,,artikelnya sangat bermanfaat buat penelitian ana, salam kenal ana alumni pmdg ponorogo,,salam,,lau ada waktu kunjungi blog saya ok....www.tokoaneh.com / www.ppsaadatuddaroini.blogspot.com

    BalasHapus