Ekdiencherry

Minggu, 30 Januari 2011

What is PIH and Preeclampsia

PIH adalah suatu keadaan dimana tekanan darah si calon ibu meningkat setelah usia kehamilan 20 minggu. Jika tekanan darah ini tidak dikendalikan akan timbul masalah atas ibu maupun bayinya. Tekana darah tinggi bisa merusak placenta dan membahayakan suplai oksigen dan zat gizi pada bayi. Tekanan darah tinggi juga bisa merusak sistem peredaran darah, hati, dan ginjal ibu. PIH yang parah bisa membahayakan jiwa ibu maupun bayi.
Preeclampsia dahulu disebut toksemia. Gejalanya adalah tekanan darah tinggi, adanya protein dalam urine, dan edema (pembengkakan). Pembengkakan timbul di tangan dan wajah serta tungkai dan kaki. Dengan semakin buruknya keadaan ini, wanita hamil bisa mengalami nyeri kepala, pening, gangguan penglihatan, dan nyeri di bagian atas perut. Beberapa prosedur yang dilakukan saat kunjungan pranatal, seperti menimbang berat badan, pemeriksaan urine, dan tekanan darah, ditujukan untuk mendeteksi preeclampsia. JIka tidak dikendalikan, keadaan ini bisa menyebabkan masalah yang sangat serius seperti eklampsia (kejang pada ibu hamil) dan sindrom HELLP. ( HELLP adalah komplikasi yang bisa merusak pembuluh darah, sistem saraf, dan organ-organ lain serta membahayakan bayi yang sedang berkembang.

Sabtu, 29 Januari 2011

urgensi pendidikan kepemimpinan bagi santri dan santrwati di pontren Darussalam

4. Cara Pendidikan dan Pengaplikasian Kepemimpinan kepada santri dan santriwati di Pontren Darussalam
"Siap di pimpin dan siap memimpin", iutlah salah satu kata-kata bijak yang memiliki makna yang sangat dalam akan pentingnya pendidikan kepemimpinan di dalam pondok, khususnya bagi pontren Darussalam Tasikmalaya.
Sebagai salah satu pondok alumni PMDG Ponorogo, pontren Darussalam Tasikmalaya menerapkan slogan tersebut, sebagai sebuah dasar dalam membentuk kepribadian santri dan santriwatinya menjadi seorang pemimpin yang mengamalkan panca jiwa pondok, yakni:
  1. Jiwa Keikhlasan
  2. Jiwa Kesederhanaan
  3. Jiwa Berdikari
  4. Jiwa Ukhuwah Islamiyah
  5. Jiwa Kebebasan
Di dalam Panca Jiwa tersebut banyak mengandung makna apabila kita akan membentuk sebuah bibit unggul akan calon-calon pemimpin yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar akan tugasnya, maka kita harus membentuk kepribadian seseorang dengan menanamkan rasa taat beragama dengan ditambahkan konsep:
  1. P = Prestasi (Kelebihan)
  2. D = Dedikasi (Pengorbanan)
  3. L = Loyalitas (Khidmat, Setia, Patuh dan Taat)
  4. T = Teladan (Pemberian Contoh)
  5. T = Tanpa Cacat (Pertahankan sampai akhir)
Dengan pemberian contoh yang baik kepada anak didik, dan penanaman mental spiritual dan juga emosional, kita akan semakin mudah untul membentuk sebuah karakter seorang anak. Tidak menutup kemungkinan juga sebagai pendidik mendapat kesuliatan dalam mendidik mereka, seperti: pelanggaran akan peraturan disiplin.
Organisasi Darussalam (OSDA) adalah salah satu wadah dalam pengaplikasian pendidikan kepemimpinan bagi santri dan santriwati Darussalam, dan yang menjadi anggota dari organisasi tersebut adalah mereka yang menduduki kelas paling senior, dikarenakan tuntutan mereka sebagai senior yang menjadi suri tauladan yang baik bagi adik kelas mereka, menjadikan mental mereka terlatih untuk membiasakan mengubah perilaku yang kurang baik dan menjaga harga diri mereka di depan junior.
Sebagai contoh pengaplikasian pendidikan dalam berorganisasi diperlukan konsekuensi dalam memenuhi kewajiban mereka, sebagai contoh: "seorang pengurus bahasa harus memakai bahasa didalam percakapan sehari-harinya, agar para junior mereka meniru suri tauladan yang baik. Atau juga mereka harus berbicara di depan junior dan senior mereka untuk menyampaikan hasil laporan pertanggung jawaban dari hasil usaha yang telah mereka capai selama masa kepemimpinan, membutuhkan kepercayaan diri untuk menghilangkan rasa gugup".
Inilah yang membuat PMDG Ponorogo dan cabangnya selalu mencetak para pemimpin umat yang intelek dan mengerti akan agamanya. Dan yang membuat pendidikan kepemimpinan tersebut berhasil adalah proses pengkaderan yang menjadi acuan bagi kepengurusan setelah mereka. Oleh karena itu pendidikan kepemimpinan harus ditanamkan sejak dari kecil agar pembentukan kepribadian mereka tertata rapi dalam pembentukan mental, spiritual dan emosional.